ASEAN Climate Forum pada KTT ASEAN 2023 Mendatang Targetkan Netralitas Karbon Kawasa
*Jakarta* – Asia Tenggara, kawasan yang penuh potensi, namun juga rentan terhadap perubahan iklim, memperlihatkan komitmen untuk menuju netralitas karbon dalam Forum Iklim ASEAN 2023 atau ASEAN Climate Forum pada 2 September 2023 mendatang, sebagai bagian dari rangkaian KTT ASEAN ke-43 Jakarta.
Forum Iklim ASEAN 2023 mengejar ambisi netralitas karbon dan keberlanjutan bagi kawasan.
M. Arsjad Rasjid P. M., dalam perannya sebagai Ketua ASEAN Business Advisory Council, mengatakan forum ini merupakan sideline event dari ASEAN Business and Investment Summit (ABIS) 2023.
“Side event ASEAN Climate Forum didedikasikan untuk menjadi wadah diskusi tentang masalah iklim di Asia Tenggara,” ujarnya.
ASEAN Climate Forum menekankan pentingnya agenda pembangunan berkelanjutan untuk memfasilitasi transformasi kawasan ASEAN menjadi ekonomi yang ramah lingkungan dan sejalan dengan Visi ASEAN 2045.
Bekerjasama dengan Standard Chartered Bank, forum ini akan menampilkan pembicara dari negara-negara anggota ASEAN dan mitra dialog, termasuk pemimpin bisnis, perwakilan organisasi nonpemerintah (NGO), dan para menteri.
Beberapa pembicara yang akan hadir, antara lain Direktur Eksekutif untuk ASEAN Center for Diversity Theresa Mundita Lim, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Arifin Tasrif, dan lainnya.
Arsjad juga menekankan target Net Zero Emissions (EZN) 2060.
“Dengan dukungan dari knowledge partner, seperti Standard Chartered, PWC, Equatorise, dan Bloomberg NEF, forum ini akan berfokus pada kerangka Net Zero Emission (NZE) 2060 yang komprehensif, transisi energi yang terjangkau, strategi dekarbonisasi, dan pembiayaan berkelanjutan,” imbuhnya.
Forum ini bertujuan untuk merumuskan langkah-langkah strategis guna mendukung transisi menuju ekonomi berkarbon rendah di kawasan ASEAN. Menyusul hasil KTT ASEAN yang telah merumuskan komitmen bersama dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, Forum Iklim ASEAN 2023 menjadi platform untuk menggali solusi inovatif dan berkelanjutan dalam upaya mencapai target tersebut.
Dalam sesi diskusi, delegasi Indonesia bersama dengan perwakilan lainnya akan membahas upaya konkret dalam mengoptimalkan perdagangan karbon untuk mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon.
Sementara itu, beberapa waktu lalu Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi selaku Sekjen UCLG ASPAC/ Sekjen ASEAN Mayor Forum mengatakan Indonesia telah memulai misi tersebut dan menyampaikan apresiasinya atas keikutsertaan Kabupaten Minahasa Utara sebagai satu – satunya Kabupaten di Indonesia yang menjadi wilayah percontohan program Climate action melalui Global Covenant of Mayors for Climate & Energy(GCoM) yang di fasilitasi oleh United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG ASPAC) untuk mempersiapkan mitigasi perubahan iklim, pengurangan emisi, ketahanan dan adaptasi iklim, serta akses terhadap energi berkelanjutan.
Bernadia juga menominasikan Kabupaten Minahasa Utara untuk dapat menjadi tuan rumah pertemuan internasional Executive Bureau UCLG ASPAC di tahun 2024 yang akan bersaing dengan beberapa kota besar lainnya di kawasan Asia Pasifik.
Indonesia, dengan komitmennya yang kuat terhadap pasar karbon, memiliki peluang untuk menjadi model dalam penerapan perdagangan karbon yang berkelanjutan dan menjadi langkah penting dalam mencapai tujuan bersih nol karbon.
Selain itu, keberlanjutan finansial juga menjadi poin penting dalam forum ini. Pengembangan pasar keuangan berkelanjutan di ASEAN dianggap krusial untuk mendukung investasi dalam proyek-proyek ramah lingkungan dan energi terbarukan.
Forum Iklim ASEAN 2023 tidak hanya menjadi tonggak penting dalam memperkuat komitmen negara-negara ASEAN dalam merespons krisis iklim, tetapi juga membuktikan bahwa kawasan ini bersatu dalam menjawab tantangan global yang mendesak.
Acara yang diadakan sebagai bagian dari rangkaian KTT Bisnis & Investasi ASEAN 2023 ini, menguatkan komitmen negara-negara anggota ASEAN dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
(*